RHD. Rumah Hijau Denassa (RHD) melaksanakan Outing Class (OC) di SDN 95 Jatie desa Samaturue, kecamatan Tellu Limpoe, kabupaten Sinjai, Sulawesi-Selatan. SDN Jatie berjarak sekitar 100 meter dari jalan poros yang menghubungkan kota Makassar dengan Sinjai. Terletak 29 km sebelah selatan kota Sinjai, SD Jatie berada di jalur menuju Mannanti, ibukota kecamatan Tellu Limpoe.
Tellu Limpoe merupakan kecamatan pemekaran dari Sinjai Selatan dan Sinjai Timur dengan 11 desa dan kelurahan. Di desa Samaturue terdapat tiga sekolah dasar, selain SD Jatie terdapat SDN 231 Balang Pesoang dan SDN 143 Korong.
Selain SDN Jatie membina 142 orang peserta didik pada enam rombong belajar (rombel) sebagian besar besaral dari kampung Jatie. Sekolah ini dibina 15 orang guru dan staf, delapan diantaranya bertatus PNS. Tahun 2015 ini SDN 95 Jatie kembali memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau kurikulum 2006.
Kegiatan Pertama di Jatie
Darmawan Denassa, Akbar Alimuddin, dan Hadi Kasmaja menjadi tim RHD dalam OC kali ini, mereka disambut St. Parida, kepala SDN Jatie. “Mariki, selamat datang disekolah kami” sambut guru yang pernah bertugas di SDN 144 Sumpang Ale, desa Kalobba sebelum menjadi kepala sekolah (kepsek) di Jatie April 2014 silam.
Tim tiba pukul pukul 09.25 Wita, selain kepsek RHD juga disambut Nurqiyama Kahar, guru kelas V di ruang kepala sekolah. Nur mulai mengabdi di Jatie pada tahun 1993 “Sebelumnya belum pernah ada kegiatan seperti ini di sini” ungkapnya.
Yang Unik dari Jatie
Dari halaman SDN Jatie kita dapat melihat dengan perkasa Gunung Bawakaraeng dan Lompobattang nun jauh di bagian barat sekolah. Kampung ini memang terdapat di daerah pegunungan dengan aneka pohon buah seperti durian, rambutan, dan lansat. Jatie sendiri diabadikan dari nama pohon Jati (Tegtona grandis), meski tanaman ini sudah tidak terlihat dekat sekolah.
Sebagian besar warga bermatapencarian sebagai petani dan berkebun, namun demikian 20% orang tua peserta didik bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia, sehingga beberapa dari mereka tinggal bersama keluarga.
Di Bawah Pohon Cengkeh
Outing diawali dengan berkumpul di halaman sekolah di dekat pohon jambu (Syzygium malaccense) yang terletak di depan kelas. Mereka belajar menyapa oleh Denassa sebelum menuju spot outing.
“SDN Jatie?” seru Denassa. Mereka serentak menjawab “Haiii”
“Apa kabar?” lanjut Denassa. “Luaaarr Biasaaa” jawab mereka dengan semangat.
Mereka kemudian membentuk barisan dalam dengan dua jejer, masing-masing laki-laki dan perempuan. Lalu berjalan dengan tertib keluar dari halaman sekolah.
Outing Class berlangsung di kebun Cengkeh (Syzygium aromaticum) berjarak 100 meter dari sekolah. Kegiatan diikuti seluruh siswa, mulai kelas I-VI. Lokasi kebun berada di puncak bukit ditepi jalan menuju Mannanti. Pohon Cengkih, sapi, dan rumput menjadi media yang dieksploitasi dalam kegiatan ini.
“Adik-adik ada yang tahu, bagian apa dari pohon cengkeh yang dimanfaatkan?” tanya Denassa pada peserta yang duduk di tepi bukit menghadap pohon Cengkeh atau Cengkih. “Bunga” ungkap mereka hampir serentak. “Waow hebat! Adik-adik luar biasa” Denassa mengapresiasi. Ia lalu menjelaskan manfaat dalam bunga dan daun Cengkeh.
Yang lebih terkenal dari Cengkeh selain sebagai perasa dalam rokok yakni menjadi bahan dalam pembuatan minyak cenhgkeh. Di dalam bunganya terdapat kimia yang mengandung zat besi, vitamin B1, lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, dan eugenol. Minyaknya dijadikan obat penghangat, penghilang kembung, dan sakit gigi. Di Eropa, sejak dulu dijadikan rempah dalam memasak.
Selatah membahas tentang cengkih Denassa kemudian mengajak peserta meneliti sekitar tempat duduk mereka. Tidak jauh dari areal outing terdapat beberapa ekor sapi, bahkan rumennya tersebar di dekat peserta duduk. Peserta tidak merasa terganggu karena telah kering bahkan telah menghijaukan rumput dibawahnya. Denassa menyampaikan bahwa sapi selain dikonsumsi rumen atau tahinya bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi alternati dan bahan baku penting membuat pupuk. “Jadi kalau adik-adik punya kebun cengkeh, durian, langzat, dan sawah bisa menggunakan rumen sapi untuk menyuburkan tanaman agar tumbuh dengan baik.”
Setelah Denassa memberi sesi pengetahuan alam sekitar sekolah, selanjutnya peserta terlibat game yang dipandu Hadi Kasjaya.
Peserta kemudian berjalan tertib kembali ke sekolah pada pukul 10.25 wita. Mereka masih berhaap kegiatan dilanjutkan di sekolah. Menurut kepsek “Bagus peserta didik bisa terbuka wawasannya, karena jarang dibawa terbuka.”
“ Saya senang sekali bisa ikut ouitng ini pertama kali, saya berharap sering-sering dilaksanakan, lebih suka belajar di luar daripada di kelas” kisah dan pinta Nurfahmi siswa kelas V yang diwawancarai Akbar. Demikian halnya dengan Adrian siswa kelas IV ia mengatakan kegiatan ini bagus sekali. (*)
Tellu Limpoe merupakan kecamatan pemekaran dari Sinjai Selatan dan Sinjai Timur dengan 11 desa dan kelurahan. Di desa Samaturue terdapat tiga sekolah dasar, selain SD Jatie terdapat SDN 231 Balang Pesoang dan SDN 143 Korong.
Selain SDN Jatie membina 142 orang peserta didik pada enam rombong belajar (rombel) sebagian besar besaral dari kampung Jatie. Sekolah ini dibina 15 orang guru dan staf, delapan diantaranya bertatus PNS. Tahun 2015 ini SDN 95 Jatie kembali memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau kurikulum 2006.
Kegiatan Pertama di Jatie
Darmawan Denassa, Akbar Alimuddin, dan Hadi Kasmaja menjadi tim RHD dalam OC kali ini, mereka disambut St. Parida, kepala SDN Jatie. “Mariki, selamat datang disekolah kami” sambut guru yang pernah bertugas di SDN 144 Sumpang Ale, desa Kalobba sebelum menjadi kepala sekolah (kepsek) di Jatie April 2014 silam.
Tim tiba pukul pukul 09.25 Wita, selain kepsek RHD juga disambut Nurqiyama Kahar, guru kelas V di ruang kepala sekolah. Nur mulai mengabdi di Jatie pada tahun 1993 “Sebelumnya belum pernah ada kegiatan seperti ini di sini” ungkapnya.
Yang Unik dari Jatie
Dari halaman SDN Jatie kita dapat melihat dengan perkasa Gunung Bawakaraeng dan Lompobattang nun jauh di bagian barat sekolah. Kampung ini memang terdapat di daerah pegunungan dengan aneka pohon buah seperti durian, rambutan, dan lansat. Jatie sendiri diabadikan dari nama pohon Jati (Tegtona grandis), meski tanaman ini sudah tidak terlihat dekat sekolah.
Sebagian besar warga bermatapencarian sebagai petani dan berkebun, namun demikian 20% orang tua peserta didik bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia, sehingga beberapa dari mereka tinggal bersama keluarga.
Di Bawah Pohon Cengkeh
Outing diawali dengan berkumpul di halaman sekolah di dekat pohon jambu (Syzygium malaccense) yang terletak di depan kelas. Mereka belajar menyapa oleh Denassa sebelum menuju spot outing.
“SDN Jatie?” seru Denassa. Mereka serentak menjawab “Haiii”
“Apa kabar?” lanjut Denassa. “Luaaarr Biasaaa” jawab mereka dengan semangat.
Mereka kemudian membentuk barisan dalam dengan dua jejer, masing-masing laki-laki dan perempuan. Lalu berjalan dengan tertib keluar dari halaman sekolah.
Outing Class berlangsung di kebun Cengkeh (Syzygium aromaticum) berjarak 100 meter dari sekolah. Kegiatan diikuti seluruh siswa, mulai kelas I-VI. Lokasi kebun berada di puncak bukit ditepi jalan menuju Mannanti. Pohon Cengkih, sapi, dan rumput menjadi media yang dieksploitasi dalam kegiatan ini.
“Adik-adik ada yang tahu, bagian apa dari pohon cengkeh yang dimanfaatkan?” tanya Denassa pada peserta yang duduk di tepi bukit menghadap pohon Cengkeh atau Cengkih. “Bunga” ungkap mereka hampir serentak. “Waow hebat! Adik-adik luar biasa” Denassa mengapresiasi. Ia lalu menjelaskan manfaat dalam bunga dan daun Cengkeh.
Yang lebih terkenal dari Cengkeh selain sebagai perasa dalam rokok yakni menjadi bahan dalam pembuatan minyak cenhgkeh. Di dalam bunganya terdapat kimia yang mengandung zat besi, vitamin B1, lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, dan eugenol. Minyaknya dijadikan obat penghangat, penghilang kembung, dan sakit gigi. Di Eropa, sejak dulu dijadikan rempah dalam memasak.
Selatah membahas tentang cengkih Denassa kemudian mengajak peserta meneliti sekitar tempat duduk mereka. Tidak jauh dari areal outing terdapat beberapa ekor sapi, bahkan rumennya tersebar di dekat peserta duduk. Peserta tidak merasa terganggu karena telah kering bahkan telah menghijaukan rumput dibawahnya. Denassa menyampaikan bahwa sapi selain dikonsumsi rumen atau tahinya bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi alternati dan bahan baku penting membuat pupuk. “Jadi kalau adik-adik punya kebun cengkeh, durian, langzat, dan sawah bisa menggunakan rumen sapi untuk menyuburkan tanaman agar tumbuh dengan baik.”
Setelah Denassa memberi sesi pengetahuan alam sekitar sekolah, selanjutnya peserta terlibat game yang dipandu Hadi Kasjaya.
Peserta kemudian berjalan tertib kembali ke sekolah pada pukul 10.25 wita. Mereka masih berhaap kegiatan dilanjutkan di sekolah. Menurut kepsek “Bagus peserta didik bisa terbuka wawasannya, karena jarang dibawa terbuka.”
“ Saya senang sekali bisa ikut ouitng ini pertama kali, saya berharap sering-sering dilaksanakan, lebih suka belajar di luar daripada di kelas” kisah dan pinta Nurfahmi siswa kelas V yang diwawancarai Akbar. Demikian halnya dengan Adrian siswa kelas IV ia mengatakan kegiatan ini bagus sekali. (*)