Kamis, 25 Oktober 2012

Tambara

RHD. Tambara merupakan salah satu tanaman obat yang sangat populer bagi orang Makassar. Diyakini terdapat dua jenis tambara, masing-masing Tambara gunung dan Tambara dataran rendah.

Tambara gunung tumbuh di Gunung Bawakaraeng buahnya yang terasa pahit diyakini mengandung banyak manfaat khususnya untuk obat. Warna kulit buah tambara ini hitam berkerut setelah melewati masa ranum. Sedangkan tambara dataran tumbuh di dataran, salah satunya yang terdapat di Rumah Hijau Denassa (RHD).

Buah Tambara di Rumah Hijau Denassa (RHD).
Tambara dataran rendah ini sudah tumbuh sejak awal di kawasan ini sebelum RHD didirikan. Masih terjaga berkat komitmen menjaga tanaman agar tetap lestari hingga bisa diteliti dan dikembangkan. RHD dibangun tahun 2007, namun kami baru mengetahui jika tanaman berdaun runcing kecil dengan buah berwarna merah muda ketika ranum ini adalah Tambara baru pada tahun 2009. Ibunda Hj. Ati, yang pertama menyampaikan bahwa tanaman ini adalah Tambara.

Terdapat kepercayaan lain bahwa Tambara bukan hanya berfungsi sebagai obat, tetapi juga dapat menjadi racun. Terdapat ungkapan Tambara racung tongi, secara harfiah ungkapan ini bermakna penawar dan  racun. Dipercaya tidak semua bagian tanaman adalah obat karena bagian tertentu sesungguhnya dapat berfungsi sebagai racun. Diyakini pula bahwa racun yang ditimbulkan tanaman ini penawarnya bagian lain tanaman itu.

Penyebaran Tanaman dan Cara Berkembang Biak
Tambara dataran masih bisa dijumpai di beberapa tempat khususnya di wilayah yang masih terdapat belukar dan jarang dikunjungi. Tumbuh sebagai perdu di tempat yang tidak terlalu terbuka.
Berkembang biak dengan biji. Bijinya berbentuk tunggal diselimuti kulit buah yang juga berfungsi sebagai daging dengan aroma  menyerupai balsem. (Darmawan Denassa).