Selasa, 25 November 2014

Bunga Bangkai Mulai Mekar

RHD. Tire Payung merupakan nama lokal (Makassar) untuk  Bunga Bangkai (Amorphophallus paeoniifolius)  atau Suweg (bahasa Jawa), tumbuhan rumpun Amorphophallus dan masih kerabat dekat  bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanum), Tire kecil atau iles-iles (Amorphophallus muelleri). Sejak dulu batang Tire Payung  dijadikan  bahan pangan sebagai sayur, rasanya seperti batang daun talas.

Tire merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara dan tumbuh di hutan-hutan kawasan Malaysia, Filipina, serta India bagian selatan yang beriklim tropis.  Di kawasan Maminasata (Makassar, Maros, Sunggimnasa, Takalar) di Sulsel , tumbuhan ini semakin jarang ditemukan  akibat alih fungsi lahan dan pertambangan. Secara alami Tire tumbuh di area yang masih terjaga ekosistemnnya.  Selain batang daun,  sejak beberapa tahun terakhir  umbinya pun sudah diperjualbelikan untuk diolah menjadi tepung. Usaha ini semakin menambah beban tanaman ini untuk bisa bertahan dan ditemukan, karena warga hanya mengambil di alam tanpa  ada usaha membudidayakannya.

Tepung Suweg atau porang dapat digunakan sebagai bahan lem, agar-agar, mi, tahu, kosmetik dan roti. Tepungnya juga bisa menjadi sumber karbohidrat dan menjadi bahan baku membuat kue tradisional. Suweg sebagai serat pangan dalam jumlah tinggi akan memberi pertahanan pada manusia terhadap timbulnya berbagai penyakit seperti kanker usus besar, divertikular, kardiovaskular, kegemukan, kolesterol tinggi dalam darah dan kencing manis. Ini karena kandungan glucomanan pada umbi Suweg sehingga digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam industri kesehatan.

Sejak 2011 silam, RHD sudah melakukan konservasi dengan menanam sebatang Tire di area konservasi halaman depan. Setahun-sepekan terakhir koleksi terus ditambah hingga mencapai dua puluhan batang. Suweg koleksi RHD berasal dari Takalar, Gowa, dan Bali. Secara kultural dengan berbunganya  Tire menjadi tanda bagi warga musim hujan telah tiba.  Aroma bangkai iles-iles biasanya lebih menyengat dari Suweg, meski keduanya mengeluarkan bau. Karena bau busuk lalat dan serangga kecil lain akan mengeruminya saat mencapai puncak mekar.  Sekitar 20-an batang tanaman ini akan bergantian mekar hingga awal Desember nanti. (Darmawan Denassa)