Rabu, 15 April 2020

Menyelamatkan Mandar Kelam

RHD. Burung Mandar Kelam (Gallinula tenebrosa) dalam bahasa Makassar disebut Bintapu. Populasi burung sawah ini semakin berkurang karena penangkapan, khususnya di musim panen padi. Untuk menyelamatkan jenis burung ini, pendiri Rumah Hijau Denassa (RHD), Darmawan Denassa, sudah melakukan usaha identifikasi habitat, penyiapan lokasi pengembangan, dan pengawasan pada musim panen padi periode rendengan 2019-2020.


Hasilnya pada 14 April 2020, diperoleh anakan sebanyak empat ekor usia sekitar tiga pekan. Dan pada 15 April 2020, diperoleh empat anakan usia satu hari, serta 3 butir telur yang juga menetas pada hari yang sama. Anakan ini ditemukan di sawah yang terakhir dipanen. Jika tidak diselamatkan akan terancam mati karena sarangya sudah rusak oleh mesin pemanen padi. Induknya pun sudah terbang meninggalkan sarang.
Anakan pertama diperoleh dari warga yang menangkap di sawah, kemudian ditebus hari itu, untuk dipelihara di RHD.
Kebiasaan warga berburu burung sawah termasuk Mandar Kelabu lazimnya untuk dikonsumsi■

RHD. Anak Burung Mandar Kelam (Gallinula tenebrosa)atau Bintapu Diasuh Rumah Hijau Denassa (RHD)

Rencananya jenis ini akan dikembangkan dengan jenis burung sawah yang lain sebelum dilepasliarkan. Pengembangan juga akan diikuti proses pemantauan pada peri laku burung untuk edukasi. "Kita akan coba pendidikan warga untuk berperan melindungi burung liar dengan edukasi pada proses penangkaran ini" ungkap Denassa.

Penangkaran burung sawah telah direncanakan sejak lama dilakukan, namun baru bisa berlangsung tahun ini setelah pengelola RHD belajar cara mengasuh anakan burung sawah pada warga di Barembeng.
Kita berdoa bersama semoga bisa berjalan lancar dan warga bisa teredukasi tentang pentingnya burung sawah, sehingga mereka mengabil berperan untuk kelestarian mereka. "Dampak positif menjaga kelestarian habitat mereka akan jauh lebih banyak dirasakan manusia" pesan Denassa. Burung sawah dapat berperan mengendalikan hama, menjaga ekosistem, hingga bisa menjadi salah satu daya tarik wisata, lebih dari dengan membiarkan mereka hidup bebas merupakan bukti tingginya peradaban suatu daerah, jelas Denassa■